Diskusi Petani Muda Desa Tunggangri semakin gayeng. Dalam edisi ketiga ini tidak hanya dihadiri oleh petani lingkup Desa Tunggangri saja, tetapi juga hadir petani Desa Jabon, Betak, Pakisaji, bahkan ada satu dari kecamatan kulon gunung; Campurdarat. Jumlah keseluruhan ada 16 orang. Jumlah yang lumayan untuk kelas kelompok belajar.

Topik khusus yang kami ambil pada kesempatan ini adalah: pengolahan lahan sebelum tanam melon. Sebuah topik yang sangat mendasar. Pengolahan lahan merupakan tahap awal yang sangat perlu diperhatikan. Ibarat membangun rumah, pengolahan lahan adalah fondasinya. Semakin kokoh fondasi maka bangunan yang berdiri di atasnya akan kuat. Demikian juga bertanam melon, semakin bagus dasar olah lahannya maka semakin besar potensi kesehatan tanaman ini di usia mendatang.

Suasana diskusi Petani Muda Edisi 3; Dok: Adib Hasani

Sebelum masuk pada pembahasan pengolahan lahan, Kang Irwan selaku narasumber tetap menjelaskan bahwa hal  yang perlu diperhatikan saat berencana menanam melon adalah observasi lingkungan. Penting digarisbawahi, melon tidak bisa ditanam di sembarang lingkungan. Tanaman priyayi ini harus ditanam di lingkungan yang khusus. Dimaksud khusus di sini, lingkungan harus steril dari potensi hama yang ditularkan dari tanaman-tanaman sekelilingnya.

Dalam melakukan observasi, yang perlu diamati terlebih dulu adalah di sekitar lahan, tanaman yang ditanam sejenis atau kah beraneka ragam. Jika tanaman itu beraneka ragam, maka risiko penyakit dan hama yang  menyerang akan semakin besar. Biasanya, petani melon akan menghindari menanam di lingkungan seperti ini, sekalipun lahannya subur.

Lalu jika tanaman di lingkungan lahan tersebut sejenis, yang perlu diperhatikan apakah tanaman tersebut sejenis dengan melon atau bukan. Dimaksud tanaman sejenis ini adalah tanaman yang memiliki potensi penyakit sama dengan melon. Dalam istilah ilmu biologi disebut dengan tanaman satu famili. Untuk yang satu famili dengan melon misalnya: mentimun, gambas, dan semangka. Agar lebih mudah menelusuri tanaman dengan potensi penyakit yang sejenis ini, bisa dilihat pada model daunnya. Semangka, mentimun, dan gambas memiliki daun yang identik, atau yang agak berbeda tetapi memiliki potensi penyakit sama adalah tanaman terung.

Kemudian, jika ditemukan di sekitar lahan tersebut para petani lain menanam tanaman satu famili dengan melon, maka ada dua potensi: pertama,  jika tanaman sejenis tersebut sudah ditanam terlebih dulu, maka potensi tertular hama dan penyakit dari lingkungan tersebut besar. Bisa saja sebenarnya terus lanjut menanam melon, tetapi asupan pestisida yang disemprotkan pada tanaman harus kuat. Petani yang tidak mau ambil risiko biasanya meninggalkan lahan yang seperti ini.

Kedua, jika penanaman tanaman melon atau sejenisnya dilakukan secara bersamaan, atau setidaknya punya kesempatan menanam lebih dulu, maka risiko  tertular penyakit lebih sedikit. Para petani melon berpengalaman biasanya berani memilih lahan yang seperti ini. Logikanya, ketika tanaman melon dan sejenisnya tumbuh bersamaan, maka penyakit dan hama tersebar sehingga populasi yang menyerang ke tanaman melon lebih sedikit dan pengendaliannya bisa dilakukan bersama-sama. Akan tetapi, jika tidak bersamaan dan melon di tanam di sekitar tanaman sejenisnya yang sudah berusia dewasa, atau menjelang mati, saat usia kecil melon yang ditanam dapat dipastikan akan tertular hama atau penyakit, dan pengendaliannya tentu lebih sulit.

sambil diskusi sebagian membaca buku yang disediakan oleh Perpustakaan Srikandi; Dok: Adib Hasani

Ketiga, Petani melon biasanya juga lebih memilih lahan yang lingkungannya ditanami tanaman sejenis, tetapi tidak satu famili dengan melon. Biasanya yang bagus menurut Kang Irwan adalah lahan yang baru saja ditanami padi. Di suatu lokasi biasanya padi ditanam secara bersama-sama, sebab berkaitan dengan jadwal pengairan. Setelah jadwal pengairan habis (biasanya di bulan Juli) dan padi dipanen, tanah langsung bisa diolah untuk bertanam melon. Potensi hama dan penyakit untuk melon di lahan lingkungan padi relatif lebih sedikit.

Dengan demikian, ada dua macam lingkungan yang memiliki potensi bagus untuk ditanami melon. Pertama, lingkungan yang  secara bersama ditanami tanaman satu famili dengan melon. Kedua, lingkungan yang ditanami tanaman sejenis tetapi bukan famili dari melon. Hal yang dipertimbangkan dari pemilihan lingkungan tersebut adalah ada atau tidaknya potensi penyakit dan hama yang bisa menular kepada tanaman melon yang akan ditanam.

Kiranya cukup seperti itu untuk Observasi lingkungan. Yang terpenting dari bahasan di atas adalah petani memang harus jeli dalam pengamatan lingkungan. Selanjutnya, pembahasan bisa langsung masuk pada topik utama yakni: cara mengolah lahan sebelum bibit melon ditancapkan.

Sebenarnya melon bisa ditanam di lahan jenis apa pun, asalkan air bisa dikondisikan. Lahan padi yang bergelimang air sebenarnya bisa digunakan asalkan bisa dibuat bedengan yang tinggi dan dipastikan bahwa air tidak bisa sampai merendam akar melon. Jika tidak bisa dipastikan, lebih baik tidak usah. Para petani melon umumnya memilih lahan kering dan dalam pengairannya menggunakan pompa air.

Langkah pertama yang dilakukan dalam mengolah lahan melon adalah dengan menggemburkan tanah, bisa dengan cangkul atau traktor. Sebelum digemburkan, lebih baik terlebih dahulu lahan ditaburkan pupuk kompos, agar ketika proses penggemburan kompos bisa bercampur dengan tanah secara merata. Jika tanah yang akan ditanami cenderung berpasir, maka kompos yang lebih baik adalah yang berasal dari kotoran ayam. Dan disarankan kompos yang ditaburkan adalah yang sudah difermentasi. Mengapa demikian? Sebab kompos yang difermentasi akan memiliki unsur hara yang cukup daripada tidak. (Untuk cara fermentasi akan dijelaskan di pembahasan lain).

Selain penaburan kompos, penting juga dilihat terlebih dulu kadar PH tanah. Jika PH tanah kurang dari 7, maka untuk menaikkannya ditaburkan kapur pertanian. Penaburan kapur bisa dilakukan bersamaan dengan kompos. Setelah itu baru dilakukan penggemburan tanah.

Ketika tanah sudah gembur dan bedengan sudah terbentuk, lebih baik lahan dibiarkan terlebih dulu beberapa hari sampai tanah tersebut kering. Hal ini dilakukan agar nanti ketika tanah dibasahi langsung bisa ambyar (Jawa: kepyar), sehingga tanah yang ditanami tidak memiliki banyak rongga yang besar. Tanah yang pasek (tidak banyak rongga) akan menjadikan bibit melon yang ditanam cepat hidup (Jawa: nglilir).

Mas Irwan memberikan penjelasan tentang proses membuat dasaran di lahan melon; Dok: Adib Hasani

Pada saat proses pengeringan lahan yang sudah gembur tersebut, petani bisa memberikan pupuk kimia dasar. Pupuk yang biasa digunakan dasaran adalah Phonska. Bisa juga dicampurkan dengan TS. Takarannya, satu sak Phonska untuk tanah seluas 100 ru. Apabila penanaman di musim hujan, maka disarankan dasaran pupuk kimia ditambah kapur pertanian, untuk menetralkan kadar nitrogen yang banyak dikandung air hujan.

Dalam penaburan usahakan tepat di area di mana bibit melon akan ditancapkan. Namun begitu, jangan sampai ada pupuk kimia yang menggumpal atau sedikit menumpuk di tempat penancapan bibit melon. Jika terjadi demikian, ketika bibit tertancap akan mati. Untuk itu, baiknya pupuk kimia dasaran ditaburkan sebelum tanah dilarik (dibuat bedengan) agar ketika proses pembuatan bedengan, pupuk kimia dasaran bisa tertutup tipis oleh tanah.

Sebagai pelengkap dasaran lahan melon, bagus juga disemprotkan pupuk kompos cair. Cara penyemprotannya bisa langsung disemprotkan bisa juga pada saat  mengairi lahan.

Yang terakhir dari proses pengolahan lahan untuk tanaman melon adalah, membasahi lahan yang sudah siap kemudian menutup bedengan dengan plastik. Jangan lupa, jika menggunakan sistem pengairan infus, sebelum plastik digelar, ditata terlebih dulu selang infus plastiknya. Dan yang terakhir, setelah plastik digelar dan ditata, selanjutnya melubangi plastik tersebut dengan jarak antara 50 ampai  60 cm dan diameternya sekitar 5 cm. Di lubang tersebutlah tanaman priyayi melon ditanam. (Adib Hasani)

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?