Perkembangan pertanian di Desa Tunggangri dalam satu dasa warsa terakhir cukup signifikan. Banyak dari para petani yang mencoba hal baru. Mereka terus berinovasi dengan belajar bertani dengan sistem yang lebih modrn. Hasilnya cukup memuaskan. Para petani yang dulu hanya bisa menanam tanaman konvensional seperti: padi, jagung, kedelai, dan tebu, kini bisa menanam komoditas “elit” seperti: melon, semangka, dan  bawang merah. Dikatakan komoditas”elit” sebab untuk menanam itu memerlukan ilmu pertanian yang mumpuni, modal yang cukup, kerja yang tekun dan hasilnya bisa lebih memuaskan.

Di antara komoditas tersebut yang sedang marak ditanam adalah Bawang Merah. Saat ini petani Dusun Ngrawan dan Bangunsari menanam bawang merah di atas lahan seluas tiga hektar lebih. Dari luas lahan tersebut, rata-rata menghasilkan 25.5 ton. Memang angka itu tidak bisa dipastikan, sebab musim panen tidak bersamaan seperti padi. Bawang Merah bisa ditanam secara lumintu sepanjang tahun, sehingga setiap bulan para petani panen secara bergantian.  Meskipun demikian, dari angka itu setidaknya Tunggangri bisa memasok kebutuhan bumbu dapur yang setiap hari dibutuhkan masyarakat.

Tentang proses menanam bawang merah bisa mengikuti yotube di bawah ini:

ASRORI Wongtani; https://www.youtube.com/channel/UC-8r_6WMgd4QqjW9lgzgd7Q

Foto Mohamad Asrori saat memanen bawang merah hasil tanamannya. Oleh: Evi Nurudin

“Diperkirakan ini akan terus berkembang”, kata Mohammad Asrori, seorang petani muda bawang merah yang aktif di kegiatan Diskusi Pertanian Petani Muda Desa Tunggangri. “Karena, ini didukung dengan antusias bagus beberapa pemuda untuk ikut menanam Bawang Merah,” lanjutnya. “di samping itu beberapa petani kawakan juga banyak yang mencoba untuk menanam Bawang Merah ini, sebab tanaman ini selain berumur pendek, jika harganya memuaskan bisa menjadi penghasilan yang lumayan buat para Petani.”

Misal harga rata-rata bawang merah Rp. 15.000. Dengam harga tersebut petani bisa mengantongi laba seratus persen dari modal. Untuk tanah seluas 100 ru biasanya butuh modal 7 juta. Dengan harga bawang merah Rp. 15.000  maka seluruhnya akan membuahkan hasil 14 juta. Dari sini petani akan mendapatkan penghasilan 7 juta selama dua bulan.

Foto oleh: Anisa

Penjualan hasil panen bawang merah biasanya melalui dua jalur. Pertama, kepada pedagang besar yang memiliki jaringan luas, dan yang kedua pedagang-pedagang kecil yang langsung dipasarkan kepada masyarakat sekitar. “Kami sebenarnya terbuka kepada siapa saja yang ingin membeli hasil panen kami. Siapa yang mau menawar lebih tinggi dan memang dapat dipercaya kami akan menjual kepada pihak tersebut. Hanya saja kami terpaksa harus berhati-hati kepada pedagang  besar yang berani memborong dengan harga tinggi, karena tidak hanya sekali dua kali hasil panen kami dibeli, namun pada akhirnya uangnya sulit keluar. Kalau tidak begitu, barang sudah sepakat di beli, namu karena harga turun barang tidak diambil.” begitu keluh kesah salah seorang petani bawang merah.

Artinya, masyarakat petani Bawang Merah Desa Tunggangri dalam hal jual-beli hanya butuh kepastian. Siapa saja bisa membeli hasil panen, namun syarat yang perlu dipenuhi harus mampu meyakinkan dan memberi kepastian para petani. Pembeli harus menjamin bahwa dirinya bertanggung jawab, khususnya bagi pembeli dari wilayah yang jauh. (admin)

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?