TMB adalah sebutan keren dari kelompok Tani Muda Bangunsari. Istilah Bangunsari diambil dari nama salah satu dusun di Desa Tunggangri yaitu Dusun Bangunsari. Terkait seluk beluk pertanian di dusun ini sudah terceritakan di tulisan lain. Adapun untuk kelompok taninya, sepertinya kok belum.

Berdiri di tahun 2019 konon TMB disebut sebagai kelompok tani muda pertama di Kabupaten Tulungagung. Jika memang bukan yang pertama, saya berani menegaskan, TMB merupakan kelompok tani muda paling aktif di Tulungagung. Sampai tulisan ini diketik (2024), TMB masih eksis di atas angin.

Setiap kali ada kegiatan berkaitan dengan petani milenial, TMB selalu menjadi andalan Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung. Misalnya, ketika ada event lomba pertanian tingkat provinsi di tahun 2023 lalu, TMB menjadi satu-satunya kelompok tani yang mewakili Kabupaten Tulungagung mengikuti lomba tersebut. Hasilnya lumayan, mampu menyabet juara dua.

Selain itu, saat program YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Services) dilaksanakan di Tulungagung, anggota TMB tercatat mendominasi ikut pelatihan tahap awal dan dua di antaranya bisa mengakses dana Hibah Kompetitif gelombang pertama dengan nominal rupiah yang lumayan.

Dalam lingkup Desa Tunggangri, TMB merupakan pionir dari terbentuknya kelompok tani muda yang lain. Diantaranya ada kelompok Tani Muda Mekar Jaya Tani. Kelompok Wanita Tani Karya Barokah Bangunsari, Kelompok Wanita Tani Srikandi Bejo Waskito, dan Kelompok Ternak Randu Wijaya Bangunsari.

Adalah Mas Soli–seorang yang  kiprahnya sudah saya catatkan di tulisan lain, namun wajib saya sebutkan lagi di tulisan ini–sebagai pelopor berdirinya TMB. Ia pula yang memiliki gagasan besar tentang visi kelompok tani ke depan mau dibawa kemana. Ia bercita-cita Dusun Bangunsari kelak memiliki kelompok tani muda yang mandiri dan merdeka. Mandiri dalam arti mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Adapun merdeka maksudnya bebas dari jerat-jerat sistem pertanian konvensional yang kurang pro terhadap petani.

Atas visi mulia inilah TMB dibentuk.

Untuk menggapai visi tersebut, TMB terus mengupayakan misi kerjasama kelompok tani yang integratif. Dengan model seperti ini, diharapkan TMB bisa membentuk ekosistem pertanian desa yang prosesnya saling terkait mulai dari hulu sampai hilir. Maka dari itu, TMB  selalu mendukung terbentuknya kelompok-kelompok lain supaya muncul mitra-mitra baru.

Hingga tulisan ini diketik, memang ekosistem pertanian yang dimaksud belum terwujud sepenuhnya, namun sudah ada modal-modal dasar yang kelak bisa dikembangkan untuk mewujudkannya. Kiranya, beginilah gambaran ekosistem itu:

Pertama-tama, TMB sendiri sejak semula membuat rintisan pengembangan agensi hayati sebagai upaya untuk mengentaskan para petani dari jerat kapitalisasi pupuk dan pestisida. Meskipun program TMB tidak hanya di bidang agensi hayati, namun produk pokok awalnya adalah ini.

Kemudian, di ranah pembibitan TMB bekerja sama dengan Tani Muda Mekar Jaya Tani (MJT). Salah satu program dari kelompok MJT adalah Pekarangan Pangan Lestari (P2L), sebuah program yang mengupayakan terciptanya ketahanan pangan dari pekarangan rumah. Salah satu  fungsi program P2L ini melakukan pembibitan, atas fungsi inilah kedepan bisa dikembangkan sebagai pemasok bibit.

Lalu, untuk penjualan komoditas hasil panen, TMB masih mengupayakan bisa mendapatkan offtaker supaya petani bebas dari permainan para tengkulak. Upaya ini seiring dengan rencana Program YESS yang membuat Koperasi Pertanian, konon salah satu fungsi koperasi ini bisa menjadi offtaker hasil panen para petani.

Disamping mengupayakan kerjasama dengan pihak offtaker, TMB bersama Kelompok Wanita Tani Karya Barokah Bangunsari  juga merintis pengolahan hasil panen. Di akhir tahun 2023 TMB mendapatkan hibah Bangsal–semacam rumah produksi untuk pengolahan hasil panen. Dari adanya bangsal ini, diharapkan hasil panen tidak hanya dijual gelondongan mentah namun juga bisa dinaikkan nilai ekonominya sebagai barang olahan.

Gambaran ini tentu bukan sesuatu yang final. Semua masih dalam proses dialektika. Bagaimanapun masing-masing kelompok memiliki kepentingan dan konteks sendiri-sendiri. Terlebih kelompok-kelompok yang ada masih baru. Mereka saat ini pada tahap sedang fokus pada menemukan model dan bentuk yang pas dari fungsi kelompok. Katakanlah Kelompok Tani Muda MJT, saat ini sedang fokus pada demplot green house nya. Adapun dua Kelompok Wanita Tani masih kebingungan tentang pemasaran produk olahannya. Bahkan TMB pun juga masih demikian. Hasil produksi agensi hayati sulit menembus pasaran.

Semua terlihat masih begitu dini. Namun demikian, gagasan TMB tentang masa depan pertanian integratif ini tentu merupakan gagasan yang brilian. Ini sejalan dengan isu-isu pertanian yang berkembang kiwari. Dengan model yang demikian, TMB sama halnya ingin membangun kultur ketahanan ekonomi pertanian desa. Atau dalam istilah yang sering kita dengar TMB ingin membangun kultur pertanian yang bersifat “kerakyatan”, “Berdikari” dan “berkelanjutan”.

Untuk itu, kelompok maupun para pihak yang ada di Dusun Bangunsari atau lebih luas lagi Desa Tunggangri harusnya membangun support system, dengan kunci saling memberi manfaat satu sama lain. Bukan malah saling menuntut manfaat. Lebih-lebih saling menjatuhkan. Jangan! []Adib Hasani

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?