Dalam peta, wilayah Dusun Krajan Desa Tunggangri Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung dapat langsung dibedakan menjadi dua: wilayah pemukiman dan wilayah pesawahan. Ya, meskipun di wilayah pesawahan itu juga ada sederet perumahan, namun itu hanya di sisi jalan besar kabupaten saja. Tidak seperti wilayah pemukiman, di sana penuh dengan rumah-rumah warga yang berdekatan satu sama lain.

Sungai Roworemang dapat dikatakan semacam garis damarkasi yang memisahkan kedua wilayah tersebut. Di sebelah utara sungai adalah pemukiman, sedangkan di sebelah selatan ada areal pesawahan. Perbandingan kedua wilayah tersebut 50 hektar untuk pesawahan, lalu, 40 hektar untuk pemukiman.

Dari perbandingan itu selanjutnya dapat dihitung. Luas lahan sawah yang 50 hektar, agaknya lebih dari sekadar cukup untuk memproduksi sumber pangan beras bagi warga satu dusun. Katakanlah Dusun Krajan berpenduduk 1590 orang. Dengan rata-rata konsumsi satu orang 0,5 kg beras per hari, maka diketahui kebutuhan beras dusun ini untuk satu hari 795 Kg, dan untuk satu tahun 286 ton.

Lalu, jika hasil panen padi rata-rata dalam satu hektar adalah 5,2 ton, maka satu kali panen Dusun Krajan bisa menghasilkan 260 ton. Karena sistem tanam satu tahun area pesawahan ini 2:1 (dua padi dan satu palawija/jagung), maka hasil yang didapatkan oleh Dusun krajan dalam satu tahun ada 520 ton. Ini tentu lebih dari sekadar cukup untuk makan warga dusun itu sendiri.

***

Memang, Krajan belum bisa dikatakan mampu menyangga kebutuhan beras satu desa. Pasalnya, untuk pemenuhan itu, dalam satu tahun masyarakat Desa Tunggangri butuh 540 ton.

Desa Tunggangri tercatat memiliki jumlah penduduk 2.950 orang.  Dalam satu hari rata-rata membutuhkan konsumsi beras 2.950 x 0.5 = 1.475 kg atau 1.5 ton. Artinya, untuk satu bulan membutuhkan beras 1.5 x 30 = 45 ton. Dan dalam satu tahun membutuhkan 45 x 12 = 540 ton.

Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan beras satu desa, Dusun Krajan masih defisit 540 – 520= 20 ton. Angka yang sebenarnya tidak terlalu tinggi.

Meskipun demikian penting untuk dicatat, Krajan bukan satu-satunya penghasil beras di Desa Tunggangri. Di Dusun Ngrawan ada total sekitar 30 hektar sebagai produsen padi. Ya, meskipun sebagian besar lahan tadah hujan, atau satu kali panen dalam satu tahun dari luas itu bisa memasok beras 156 ton. Belum lagi wilayah Bangunsari, dengan lahan 25 hektar akan memberikan tambahan 130 ton.

Dari sini sebenarnya total produksi beras Desa Tunggangri dalam satu tahun bisa mencapai 520 + 156 + 130 yakni 806 ton. Sedangkan sebagaimana telah disinggung, kebutuhan beras Desa Tunggangri untuk satu tahun  sekitar 540 ton. Dengan demikian, Desa Tunggangri setiap tahunnya bisa surplus beras 806 – 540 = 266 ton.

Angka 266 ton ini tentu masih bisa bertambah, sebab di Dusun Ngrawan dan Bangunsari ada areal sawah tertentu yang juga menggunakan sistem 2:1.

***

Dus, bagaimana pun soal pasokan beras, Dusun Krajan lah yang menjadi “gong”nya. Dapat dikatakan dusun ini merupakan soko guru pemasok karbohidrat desa. Dikatakan soko guru sebab selain persentase pasokan yang besar, juga yang paling bisa diandalkan dalam konsistensinya menanam padi dan jagung.

Menurut penulis, ini perlu dipertahankan. Hal ini untuk mengimbangi progresivitas pertanian hortikultura di Dusun Ngrawan dan Bangunsari. Budaya hortikultura di kedua dusun itu terus mengalami perkembangan. Pada saat tulisan ini dibuat misalnya, sudah banyak petani yang merasakan manisnya hasil menekuni bidang ini.

Dari sini, tidak menutup kemungkinan sawah-sawah tadah hujan yang ada di dua dusun tersebut kelak juga akan berubah menjadi lahan tanam hortikultura.

Dan pertanian Dusun Krajan agaknya memang akan tetap bertahan di ranah padi dan palawija. Budaya kerja sampingan masyarakat Dusun Krajan yang terfokus pada perdagangan, jasa, dan tenaga administratif, akan tidak begitu menghiraukan perkembangan usaha di bidang pertanian.

Terlebih, secara geografis, lahan pertanian mereka memang sudah tersistem 2:1. Dua sungai pengairan sawah yang melintas di areal itu mewajibkan petani untuk bertanam padi 2 kali dan palawija 1 kali dalam setahun. Sehingga, sekalipun budaya hortikultura pesat di Dusun Bangunsari dan Ngrawan, di Dusun Krajan tidak akan terjadi perubahan yang signifikan.

Maka, dari sini Desa Tunggangri sebenarnya memiliki potensi harmoni pertanian yang kuat. Tunggangri bisa menjadi apa yang disebut Pemerintah Pusat dengan “Desa Mandiri Pangan” dengan tingkat ketahanan pangan dan gizi yang tinggi. Untuk lauk, sayuran, bumbu dapur dan buah-buahan, Dusun Ngrawan dan Dusun Bangunsari penyetoknya. Lalu untuk persediaan karbohidrat serahkan saja pada hasil tanam padi dan jagung petani Dusun Krajan.

Memang, jika didapuk sebagai penyedia beras desa, Dusun Krajan masih ada PR 20 ton. Artinya, perlu intensifikasi yang serius. Namun, jika yang dibicarakan adalah substansi pemenuhan karbohidrat, dusun ini tentu masih berlimpah surplus. Katakanlah, hasil tanam jagung satu kali dalam setahun per 1 hektar sedikitnya 5 ton. Lalu tinggal mengalikan, untuk 50 hektar, hasil panen akan mencapai 250 ton.

Selebihnya, coba dihitung berapa jumlah surplus karbohidrat yang diproduksi petani Dusun Krajan ini? Kiranya kok masih cukup untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat masyarakat satu dusun. []Admin

Bagaimana reaksi anda mengenai artikel ini ?